Markus 10:13-16; 1
Samuel 1:19-28
Minggu 16 Juni 2013
Perjamuan Kudus dan Bentuk III
Hana dan Elkana dalam 1 Samuel 1:19-28 demi masa depan yang baik bagi anak mereka Samuel maka mereka memberikan pendidikan khusus kepadanya melalaui Imam Eli yang ada di Silo. Berkat pendidikan khusus ini maka Samuel dikemudian hari menjadi seorang imam, hakim dan nabi yang sangat terkenal di zamannya.
Markus 10:13-16 menjelaskan tentang perhatian Yesus kepada “anaka-anak, memeluk dan memberkati mereka”. Bahkan, Yesus menegaskan bahwa anak-anak mepunyai masa depan yang indah dengan mengatakan merekalah yang empunya Kerajaan Allah. Dari kedua perikop ini mengangkat dua tokoh yang sangat memiliki perhatian terhadap anak. Tokoh pertama yaitu Yesus. Dalam Markus 10:13-16 digambarkan bagaiamana Yesus di tengah-tengah kesibukan-Nya mengajar dan berkhotbah tetapi ketika orang-orang membawa anak-anak kecil kepada-Nya, Ia menyambut mereka dengan sukacita. Sebaliknya Ia memarahi murid-murid-Nya karena mereka melarang orang-orang membawa anak-anak kecil kepada-Nya. Perhatian Yesus yang begitu besar terhadap anak -anak member teladan kepada gereja baik secara institusi maupun pribadi agar ditengah-tengah kesibukan tetap memberi perhatian terhadap anak-anak. Hal ini penting, mengingat banyak orang tua yang berhasil meraih karir dan sukses dalam usaha tetapi gagal dalam pendidikan anak. Akibatnya, mereka terjerumus dalam penggunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas, tawuran dan lain-lain.
Di dunia yang sudah semakin canggih saat ini, sangat diharapkan gereja semakin memberi perhatian terhadap anak-anak melalui membangun hubungan dan komunikasi yang baik. Seperti yang dilakukan oleh Yesus terhadap anak-anak. Ia memeluk dan memberkati mereka bahkan menyatakan bahwa merekalah yang empunya Kerajaan Allah. Dalam hal ini Yesus menegaskan bahwa anak-anak memiliki masa depan yang baik sebagai pewaris dan pemilik Kerajaan Allah.
Tokoh kedua yaitu, Hana, seorang ibu yang sungguh-sungguh meyakini bahwa anakanya Samuel adalah pemberian Tuhan baginya. Karena itu, ia bernazar bahwa anaknya akan diserahkan seumur hidupnya kepada Tuhan untuk dipakai oleh Tuhan. Mewujudkan keinginannya maka, ia menyerahkan anaknya setelah berusia 3 tahun kepada Imam Eli yang ada di Silo untuk mendapatkan pendidikan ia secara khusus dalam membentuk karakter sebagai seorang hamba Tuhan yang setia.
Dalam hal ini Hana memberi teladan yang baik pula kepada kita selaku orang tua dalam hal meyakini anak adalah pemberian Tuhan.
Pengakuan ini memotivasi dan menimbulkan kesadaran
1. Anak harus dipelihara dengan penuh kasih sayang.
2. Anak jangan disia-siakan atau dilecehkan (seperti HAM untuk anak-anak dan perilaku dari murid-murid Yesus, Markus 10;13b)
3. Anak harus dididik sejak kecil untuk mengenal Tuhan, sehingga mereka akan percaya Tuhan, mengasihi Tuhan dan hidup takut akan Tuhan. 4. Anak harus dipersiapkan dengan baik (termasuk disini katekisasi sebelum baptisan perlu mendapat perhatian khusus) agar mereka mampu berperan aktif dan positif dalam kehidupan gereja dan masyarakat di masa depan. Amin